GraphCast, Mesin Prediksi Cuaca Berbasis AI Canggih Google

Google mengklaim mesin prediksi cuaca terbaru mereka ini memiliki akurasi sebesar 90% daripada mesin prakiraan cuaca konvensional. 

Google sedang mengembangkan mesin prediksi cuaca berbasis AI di Google DeepMind, laboratorium penelitian kecerdasan buatan (AI) Google.

Para ilmuwan berusaha mempelajari mesin untuk memprediksi cuaca ini agar mampu menampilkan data secara akurat dalam hitungan detik.

Ilmuwan Google DeepMind memberi nama GraphCast pada mesin prakiraan cuaca terbarunya.

World Economic Forum menyebutkan, bahwa ini menjadi era baru dalam prakiraan cuaca berbasis AI.

“AI menandai ‘titik balik’ dalam prakiraan cuaca dan pengambilan keputusan,” kata para ilmuwan Google DeepMind.

Baca juga: Alat AI Pengubah Foto Jadi Video dari Microsoft

Ilmuwan telah melatih GraphCast dengan data cuaca historis selama hampir 40 tahun untuk meningkatkan akurasinya.

Pelatihan AI yang terinstalasi dalam mesin prakiraan cuaca memakan waktu 4 minggu dan menggunakan 32 komputer.

Kemudian, GraphCast akan menghasilkan algoritma yang dapat memprediksi cuaca hingga 10 hari dalam waktu kurang dari satu menit pada satu komputer desktop.

Oleh karena itu, akurasi GraphCast secara signifikan mengalahkan sistem cuaca saat ini, yaitu sebesar 90% dari 1.380 metrik.

AI juga lebih baik dalam meramalkan cuaca buruk, termasuk suhu ekstrem dan pelacakan siklon tropis, jelas para ilmuwan Google DeepMind dalam jurnal Science.

Bagaimana cara kerja mesin prediksi cuaca konvensional?

Prakiraan cuaca saat ini melibatkan superkomputer yang kuat dan berkinerja tinggi.

Hal itu membuat perhitungan lumayan rumit, karena berdasarkan dari pengamatan stasiun cuaca, satelit, dan pelampung.

Dampaknya, mesin prakiraan cuaca konvensional membuat proses pengumpulan data jadi memakan waktu dan biaya.

Baca juga: Janitor AI Character Jadi Teman Curhat Anak Muda Masa Kini

Secara khusus, Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa di Italia, memerlukan waktu enam jam untuk menghasilkan prakiraan cuaca paling akurat di dunia, jelas para ilmuwan Google DeepMind.

Proses ini berulang setiap enam jam, biasanya empat kali sehari, dan mereka melakukannya setiap hari.

Superkomputer menggunakan pendekatan prediksi cuaca numerik, sebuah proses intensif yang melibatkan pemecahan persamaan cuaca.

Mengapa AI lebih baik dalam memprediksi cuaca?

Demi meningkatkan keakuratan pendekatan prakiraan cuaca konvensional, ilmuwan harus menggunakan daya komputasi yang lebih mahal.

Hal ini menjadi dasar kemunculan GraphCast, mesin prakiraan cuaca yang bekerja menggunakan AI.

Para ilmuwan Google DeepMind mengungkapkan, GraphCast dapat memprediksi cuaca dengan lebih murah dan akurat menggunakan data cuaca historis.

Baca juga: Wimbledon Pakai Teknologi AI untuk Edukasi Penggemar Tenis

AI dapat mengidentifikasi pola dalam data yang tidak mudah terlihat dalam persamaan.

Temuan ini kemudian dapat digunakan untuk meningkatkan keakuratan prakiraan cuaca.

Menurut Financial Times, GraphCast juga 1.000 kali lebih murah dalam hal efisiensi energi daripada metode prakiraan cuaca konvensional.

Dapatkah mesin prediksi cuaca AI membantu melawan krisis iklim?

Google adalah salah satu mitra dalam inisiatif baru World Economic Forum, yakni AI Governance Alliance.

Aliansi tersebut menyatukan para pemangku kepentingan untuk memastikan desain serta peluncuran teknologi yang bertanggung jawab.

Selain itu, GraphCast dapat memperkirakan masalah lain, termasuk iklim dan ekologi, energi, pertanian, serta aktivitas manusia dan biologis.

Jadi, teknologi ini dapat membantu dalam memprediksi kejadian cuaca ekstrem yang terjadi karena krisis iklim.

Menurut laporan Global Risks Forum tahun 2023, krisis iklim merupakan salah satu dari 3 risiko global teratas dalam 2 sampai 10 tahun mendatang.


Diterbitkan

dalam

oleh