Beban Jaringan Telepon Seluler Bertambah Karena AI

Meningkatnya penggunaan AI membuat ponsel melakukan lebih banyak komputasi sehingga menambah beban pada jaringan telepon seluler.

Perusahaan telekomunikasi dan jaringan telepon seluler global sedang sibuk menangani ledakan data yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI).

Seperti yang sudah diketahui, Apple, Google, Samsung, dan beberapa perusahaan ponsel pintar lainnya berlomba untuk menggunakan AI di dalam perangkat mereka.

Apple menjadi perusahaan ponsel terbaru yang mengumumkan bahwa mereka akan menambahkan AI ke sistem operasi ponselnya.

Apple Intelligence menyebutkan, AI bertujuan untuk membuat perangkatnya lebih mudah dan cepat untuk digunakan. 

Rencananya, AI juga akan dimasukkan ke dalam chatbot Siri di ponsel. Hal ini otomatis mengubah Siri menjadi lebih seperti asisten pribadi.

Sama seperti yang sudah diterapkan oleh Samsung Galaxy AI dan Google Gemini AI untuk ponsel Pixel-nya sendiri.

Baca juga: Asisten AI Google Gemini Hadir di Smartphone Honor

Meningkatnya penggunaan AI tersebut membuat ponsel akan melakukan lebih banyak komputasi. 

Artinya, ponsel akan menghasilkan dan menggunakan lebih banyak data, sehingga menambah beban pada jaringan telepon seluler. 

Mengutip BBC, hal ini sudah dialami oleh O2, EE, Vodafone, dan Three di Inggris.

Maka dari itu, perusahaan telekomunikasi harus berinovasi ketika produsen ponsel pintar menggunakan AI di dalam perangkatnya.

Ian Fogg, Direktur Inovasi Jaringan di Konsultan Penelitian CCS Insight, mengatakan, operator jaringan berbasis AI harus mampu mengelola frekuensi radio secara dinamis.

Dengan begitu, mereka bisa memberikan layanan yang optimal bagi para penggunanya.

“Misalnya seperti mengelola menara seluler, sehingga mereka menggunakan lebih sedikit energi pada saat permintaan lebih rendah,” ujar Fogg.

Investasi pada jaringan 5G

Meningkatnya penggunaan AI di sektor telekomunikasi memang membuat ledakan data yang sulit untuk dibendung.

Sebelumnya, perusahaan-perusahaan telekomunikasi terus berinvestasi pada jaringan 5G, yang disebut 5G Standalone, untuk mengantisipasi ledakan data dari AI.

Mereka lebih memilih menggunakan infrastruktur 5G khusus yang baru dibandingkan mengandalkan peningkatan sistem 4G lama yang dinilai kurang efisien.

5G Standalone diklaim menawarkan kecepatan dan kapasitas yang jauh lebih tinggi. 

Baca juga: Jaringan 6G Versi Komersial Hadir Pada Awal 2030

Namun, beberapa ahli percaya bahwa teknologi dengan spesifikasi lebih tinggi ini tidak akan cukup untuk memenuhi tuntutan era AI.

Pada Mobile World Congress 2024 di Barcelona, ​​​​misalnya, beberapa ahli berpendapat bahwa AI tidak akan dapat mencapai potensi terbaiknya sampai 6G diluncurkan pada tahun 2028.

Meskipun pelanggan seluler cenderung hanya memperhatikan jaringan ketika terjadi masalah, mereka akan lebih sadar ketika tingkat layanan pelanggan buruk, dengan segala kerusakan reputasi yang dapat ditimbulkan oleh penyedia jaringan.

Perusahaan telekomunikasi mulai berbenah

Peningkatan penggunaan AI untuk menjaga jaringan telepon seluler kini sudah bersifat global.

Maka dari itu, perusahaan telekomunikasi global sudah mulai berbenah untuk menampung data yang dihasilkan oleh telepon seluler bertenaga AI.

Sebut saja Korea Telecom di Korea Selatan, yang kini sudah mampu melokalisasi dan memperbaiki kesalahan hanya dalam hitungan menit berkat pemantauan jaringan berkemampuan AI.

Sementara itu, AT&T di Amerika Serikat (AS) menggunakan algoritma AI prediktif yang dilatih berdasarkan triliunan peringatan jaringan sebelumnya untuk memperingatkan jaringan ketika ada masalah.

Operator lain, seperti Vodafone, menggunakan AI digital twins, replika digital virtual dari peralatan dunia nyata.

Bentuk AI digital twins seperti tiang dan antena yang berguna untuk terus memantau kinerja jaringan mereka.

Kemudian, AI juga digunakan untuk mengelola seberapa besar pusat data menggunakan energi untuk menjaga server mereka tetap dingin dan mengoptimalkan kapasitas penyimpanan.

Lalu, ada Global Telco AI Alliance, sebuah perusahaan patungan yang terdiri dari Deutsche Telekom, e&, Singtel, Softbank dan SK Telecom dengan 1,3 miliar pelanggan di 50 negara.

Perusahaan tersebut mengembangkan chatbot AI yang secara khusus dirancang untuk sektor telekomunikasi dan jenis pertanyaan yang biasanya ditanyakan pelanggan.

Chatbot yang dilatih secara khusus ini akan menangani sebagian besar pertanyaan dasar yang datang dari pelanggan.

Baca juga: Copilot Hadir Sebagai Chatbot AI di Aplikasi Telegram

Jadi, staf di pusat panggilan bebas berkonsentrasi pada kasus-kasus yang lebih kompleks.

Sementara itu, Vodafone telah bekerja sama dengan Microsoft Azure OpenAI Service untuk meningkatkan layanan pelanggannya.

Mereka menciptakan, Tobi, sebuah asisten digital yang dapat berinteraksi dengan lebih dari 40 juta pelanggan setiap bulannya di 13 negara dan dalam 15 bahasa.

AI dapat menghilangkan lapangan pekerjaan?

Banyak pengamat khawatir, bahwa AI dapat menyebabkan hilangnya lapangan kerja secara besar-besaran di sektor telekomunikasi.

Pasalnya, tugas-tugas kasar semakin diotomatisasi oleh perangkat lunak.

Tetapi di sisi lain, Alex Sinclair, Chief Technology Officer GSMA, percaya bahwa AI sebenarnya dapat memberdayakan, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah.

“AI akan memberikan alat khusus bagi negara-negara berkembang untuk membantu mereka mengejar ketertinggalan,” jelasnya. 

Ia melanjutkan, badan yang mewakili operator seluler global ini mendukung upaya demokratisasi AI sehingga tidak hanya orang kaya yang dapat menggunakannya.


Diterbitkan

dalam

oleh