Cara flirting ratusan tahun yang lalu sudah menggunakan kode-kode tersembunyi yang hanya diketahui beberapa pihak, tidak jauh berbeda dengan jaman sekarang.

Cara flirting yang dilakukan setiap orang berbeda-beda, tergantung latar belakang budaya atau relasi antara flirter dengan targetnya.
Flirting adalah salah satu bentuk komunikasi antar manusia yang dilakukan secara langsung atau bahasa tubuh.
Istilah flirting dalam Bahasa Indonesia seringkali diartikan menggoda atau merayu.
Belakangan ini, kata flirting memang sangat populer, khususnya di media sosial. Namun ternyata, flirting sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.
Mengutip BBC, seorang designer bernama Charles Francis Bandini, menciptakan sebuah kipas yang terdapat alfabet berkode di bagian atasnya pada 1797.
Kode-kode itu dirangkai dengan deretan huruf kecil yang indah pada kipas yang dijuluki “Fanology” atau “the Ladies Conversation Fan” (kipas percakapan wanita).
Tujuannya adalah agar para perempuan yang menggunakan kipas tersebut dapat mengirim pesan dari jarak tertentu.
Baca juga: Peran Gambar Potret di Media Sosial untuk Para Pencari Cinta
Wanita yang menggunakannya akan menunjuk setiap huruf dengan posisi tangan yang berbeda untuk mengirim pesan, layaknya metode komunikasi semafor.
“Kegunaan utama kipas di antara sepasang kekasih adalah sebagai sarana rayuan yang tidak eksplisit, disertai tatapan penuh kerinduan, kedipan bulu mata, dan tatapan penuh kasih sayang,” ujar Sally Holloway, penulis The Game of Love in Georgia England.
Ia melanjutkan, kipas itu digunakan di pesta dansa atau tempat lain yang situasinya sangat ramai, di mana diperlukan kerahasiaan.
“Namun, dalam jarak yang lebih dekat, pria dan wanita dapat menggunakan aroma untuk “merangsang dan memperkuat perasaan cinta dan hasrat seksual,” jelas Sally.
Hal ini memicu cara flirting baru pada era Regency dan sering disebut dengan fan flirting (kipas penggoda).
“Modus” pria menggaet target pasangannya
Jika wanita menggunakan kipas untuk menunjukkan rasa ketertarikannya, pria lebih suka memberikan beragam hadiah kepada wanita.
Hadiah tersebut untuk menunjukkan kasih sayang dan kecocokan antara mereka sebagai pasangan.
Baca juga: Alat AI Selain ChatGPT yang Mampu Membuat Jurnal Akademis
Bentuk hadiahnya bisa berupa bunga, potret miniatur, buku, dan lain-lain.
Tetapi, ada dua hadiah yang dianggap penting di era itu, seikat rambut dan cincin.
Secara simbolis, rambut melambangkan bagian tubuh orang yang dicintai, yang akan bertahan lebih lama dari waktu mereka di Bumi, sedangkan cincin memiliki arti ikatan pernikahan.
Tren cartes de visite
Pada 1860-an, tepatnya di era Victoria, fotografi mulai berkembang di Inggris sehingga memunculkan tren baru yang disebut cartes de visite.
Cartes de visite adalah jenis foto kecil berukuran sekitar 9 x 6 cm yang ditempelkan pada selembar kartu untuk dibagikan ke orang lain atau kekasih.
Seperti halnya aplikasi kencan modern, kartu-kartu tersebut memungkinkan orang untuk membuat kesan pertama yang menarik.
Penggunanya membuat foto potret dengan pose yang anggun, seakan ingin menunjukkan kesempurnaan pada diri mereka di dalam cartes de visite.
Menjelang akhir era Victoria, etiket sosial mulai mengendur, dan para pencari jodoh menemukan tempat serta cara baru untuk mencari pasangan.
Klub malam menjadi ruang kencan baru
Pada masa itu, lantai dansa di klub malam memainkan musik yang semakin bersemangat hingga larut malam.
Lalu, tarian ragtime yang populer di ujung abad ke-19, menjadi awal dari hadirnya tren musik jazz di abad ke-20, yang sekaligus menciptakan gaya hidup baru.
Hal ini membuat para perempuan menjadi lebih santai untuk pergi ke klub bersama teman-teman dan bertemu orang-orang di sana.
Baca juga: Chip Komputer AI Berbasis DNA di Masa Depan
Munculnya tren musik jazz di klub malam otomatis memberi ruang kencan baru saat itu.
Kemudian, cara flirting semakin berkembang dengan hadirnya teknologi yang dapat mengirim pesan dua arah.
Klub malam Residenz-Casino (lebih dikenal dengan nama Resi) di Berlin, menjadi terkenal di sekitar 1920-an.
Resi menawarkan sarana bagi para pengunjung klub malam untuk saling menghubungi menggunakan sistem tabung pneumatik dan telepon.
Cara kerjanya sangat sederhana, seseorang dapat menulis pesan di sebuah kertas dan memasukkannya ke dalam tabung.
Kemudian, vakum yang ada di dalam tabung pneumatik akan menyedot kertas tersebut serta mengirimkannya ke operator telepon.
Sang operator akan membaca pesan untuk memastikan pesan tersebut layak dan sopan (mirip dengan moderasi konten di media sosial saat ini).
Setelah menyetujui pesan dari pengirim, operator akan meneruskannya ke meja penerima.
Hal ini menunjukkan bahwa rayuan dan tahap awal hubungan asmara telah lama dikaitkan dengan perkembangan teknologi.
Cara untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan tersembunyi secara rahasia di depan umum sudah tercipta sejak ratusan tahun yang lalu.
Kode, simbol, dan gambar merupakan bagian dari cara flirting dan menjadi bagian penting dalam hubungan sosial antar manusia.