Rusia-Niger Jalin Kerjasama Nuklir Demi Peningkatan Energi

Rusia menyebut kerjasama nuklir ini sebagai upaya infrastruktur komprehensif dan bukan hanya untuk berpartisipasi dalam penambangan uranium.

Rusia memperkuat posisinya di Afrika Barat dengan menandatangani perjanjian kerjasama nuklir sipil dengan pemerintah militer Niger di Niamey, pada Senin (28/7/2025).

Nota kesepahaman diresmikan oleh pejabat dari perusahaan energi atom negara Rusia, Rosatom, dan Kementerian Energi Niger.

Kerjasama tersebut mencakup kemitraan jangka panjang yang berfokus pada pembangkit listrik dan kedokteran nuklir, serta pelatihan tenaga kerja.

Mengutip The Moscow Times, Rusia juga sepakat untuk melakukan perombakan infrastruktur energi di Niger.

Baca juga: Rencana Rusia Bangun Tenaga Nuklir di Bulan

Menteri Energi Rusia, Sergei Tsivilev, yang memimpin delegasi Moskow di Niger mengatakan, kerjasama ini dilakukan bukan hanya untuk berpartisipasi dalam penambangan uranium.

Sebagai informasi, Niger adalah salah satu negara yang memiliki cadangan uranium terbesar di dunia.

International Atomic Energy Agency (IAEA) memperkirakan, sumber daya uranium Niger cukup terjamin.

Totalnya sebesar 256.520 tU hingga $130/kgU pada 2022, dan sebagian besar dapat diakses melalui tambang terbuka.

Tsivilev menyebut kerjasama nuklir ini sebagai “upaya infrastruktur komprehensif” untuk menyediakan listrik bagi sekitar 25 juta warga negara Niger, yang di antaranya tidak memiliki akses listrik yang andal.

Baca juga: Prediksi Tentang Masa Depan Global dan Skenario 2050

“Kita harus menciptakan sistem yang utuh untuk pengembangan energi atom damai di Niger,” ujarnya kepada The Moscow Times.

Perjanjian ini sekaligus menandai tonggak sejarah baru dalam pengaruh Moskow yang semakin besar di Sahel, di mana kemitraan Barat telah merenggang dalam beberapa tahun terakhir.

Mengenal peta politik Niger

Niger adalah negara di Benua Afrika yang berada di bawah kekuasaan militer sejak Juli 2023. 

Ketika itu, Jenderal Abdourahamane Tchiani memimpin kudeta yang menggulingkan Mohamed Bazoum yang terpilih secara demokratis sebagai presiden.

Kudeta tersebut menuai kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. 

Bahkan, Washington menarik pasukan militernya dari negara itu tahun lalu, mengakhiri hampir satu dekade kerjasama kontra-terorisme.

Baca juga: Satelit Generasi Terbaru Unseenlabs Meluncur Pada 2026

Sebaliknya, Rusia dengan cepat menyatakan dukungannya terhadap rezim baru dan kembali membangun hubungan internasional dengan Niger.

Rusia juga memperingatkan terhadap intervensi militer apapun oleh blok Afrika Barat ECOWAS, dan menyebutnya sebagai ancaman bagi stabilitas regional.

Rusia-Niger sudah meresmikan pakta pertahanan

Menurut media pemerintah Rusia, kedua negara sudah meresmikan pakta pertahanan pada Januari 2024.

Tidak lama setelah itu, Rusia mengerahkan 100 instruktur dan peralatan militer untuk mendukung angkatan bersenjata Niger.

Selain membahas kerjasama dengan Niger, pada pertemuan tersebut Rusia juga berencana untuk membentuk komisi antar pemerintah Rusia-Nigeria.

Tujuan dari pembentukan komisi tersebut adalah untuk berfokus pada perdagangan dan pembangunan ekonomi.

Para pejabat dari kedua belah pihak menjajaki potensi usaha patungan di berbagai sektor, mulai dari energi, transportasi, hingga pertanian dan ekstraksi mineral.


Diterbitkan

dalam

oleh