Bandara masa depan harus menggunakan sumber energi terbarukan untuk mengakomodasi pertumbuhan jumlah penumpang yang signifikan pada 2050.

Bandara memiliki peran penting pada sektor ekonomi yang menyediakan jutaan lapangan pekerjaan di seluruh dunia.
Selain itu, bandara juga menjadi pendukung aktivitas ekonomi, misalnya dalam sektor perdagangan dan pariwisata.
Maka dari itu, bandara harus selalu melakukan transformasi besar untuk memenuhi perubahan kebutuhan penumpang, maskapai, dunia usaha, dan masyarakat.
Laporan dari Oliver Wyman Forum, Airports Council International, dan Sustainable Tourism Global Center menemukan bahwa transformasi bandara akan menelan banyak biaya.
Laporan yang bertajuk Evolution of Airports – Travel Trends in the Next 30 Years ini mengacu pada data eksklusif dan hasil wawancara dengan 18 pemimpin bandara global.
Data mengungkapkan, ada 5 megatrend yang membentuk evolusi bandara dalam beberapa dekade mendatang.
Baca juga: Berapa Kecepatan Pesawat Terbang Komersial?
Megatrend tersebut adalah perlombaan mencapai net zero (nol emisi), inovasi teknologi, konektivitas antarmoda, perubahan tenaga kerja, dan revolusi pengalaman penumpang.
Salah satu tantangan terbesar untuk bandara adalah mencapai nol emisi pada 2050, sekaligus mengakomodasi pertumbuhan jumlah penumpang yang signifikan.
Laporan ini memperkirakan, jumlah penumpang akan meningkat tiga kali lipat, menjadi 19 miliar penumpang pada 2040.
Demi mencapai target tersebut, bandara harus fokus dalam mereduksi emisi dari bangunan dan kendaraan.
Caranya yaitu dengan beralih ke transportasi listrik, menambah jumlah sumber energi terbarukan (misalnya cahaya matahari dan angin), serta menggunakan sistem pendingin serta pencahayaan yang lebih efisien.
Kemudian, bandara membutuhkan investasi publik dan swasta yang signifikan dalam jangka panjang untuk mengubahnya menjadi pusat dan produsen energi, bersamaan dengan peralihan bahan bakar pesawat yang lebih berkelanjutan.
Geneva Airport merepresentasikan bandara masa depan
Bandara negara Swiss ini sudah mulai mengurangi jumlah emisinya dengan menambahkan ribuan panel surya dan memperbarui bangunan dengan perangkat hemat energi.
Jenewa berencana melakukan dekarbonisasi 90% armada kendaraan mereka pada 2030 dengan melakukan retrofit, yaitu beralih ke bus bermesin listrik.
Baca juga: Mengintip Komposisi Baterai Lithium-sulfur
Setelah itu, Geneva Airport sudah memiliki sistem transportasi yang baik. Sekitar setengah calon penumpangnya menggunakan angkutan umum untuk sampai ke bandara.
Lebih dari itu, pihak bandara bertujuan untuk meningkatkan angkanya menjadi 60% pada 2030 dengan menawarkan tiket bus dan kereta api gratis kepada penumpang.
“Kami memiliki sistem kereta api nasional, yang stasiunnya berada di dalam bandara dan terkoneksi dengan bus, jadi kami sudah terintegrasi dengan baik dan berupaya untuk meningkatkannya lebih lanjut,” kata CEO Geneva Airport, André Schneider.
Membangun jaringan transportasi umum yang saling terhubung memang penting untuk mengurangi emisi karbon global.
Hal ini adalah salah satu cara untuk memberikan fasilitas yang lebih cepat, efisien, dan berkelanjutan kepada penumpang.
Berinovasi dengan teknologi
Selanjutnya, bandara membutuhkan inovasi teknologi untuk memberikan pelayanan terbaik.
Penumpang sangat bosan menunggu penerbangan yang tertunda dan hambatan keamanan. Mereka menginginkan pengalaman nirkontak dan peningkatan fasilitas.
Demi memenuhi tuntutan ini, bandara dapat berinvestasi pada sistem otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi lainnya.
Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan pengalaman penumpang yang lebih baik, aman, dan tanpa kontak.
Dubai International Airport misalnya, yang sudah menerapkan smart gates dan biometric facial recognition.
Baca juga: TI Bisa Jadi Solusi Pariwisata Indonesia
Kedua inovasi tersebut mempercepat penumpang melakukan check-in, boarding, dan keperluan imigrasi dengan menghubungkan pemindaian retina penumpang ke paspor mereka.
Sistem ini juga memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi barang bawaan tanpa mengharuskan penumpang melepasnya dan menimbang secara konvensional.
Namun, sebelum menggunakan teknologi-teknologi ini, bandara harus meningkatkan keamanan siber mereka untuk menjaga data-data rahasia penumpang.
Meningkatkan customer experience
Penumpang mengharapkan lebih banyak fasilitas yang tersedia di bandara, seperti lounge, bioskop, kolam renang, dan opsi permainan realitas virtual.
Menurut World Economic Forum, semua fasilitas itu sangat bermanfaat jika penerbangan mengalami penundaan.
CEO Bandara Brisbane, Gert-Jan De Graaff, mencontohkan Changi Airport, Singapura, sebagai bandara masa depan.
Singapura telah menerapkan hal ini ke tingkat yang baru dengan membangun ‘aerotropolis’ atau kota bandara.
Kompleks permata berbentuk kubah ini memiliki taman yang rimbun, air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia, dan berbagai fasilitas lainnya.
Menjadikannya tujuan wisata, pusat ekonomi, tempat untuk terbang, serta konsep bandara masa depan.
Baca juga: Janitor AI Character Jadi Teman Curhat Anak Muda Masa Kini
“Ini adalah perkotaan yang berisi perkantoran, hotel, penawaran ritel, tetapi juga hiburan dan berbagai moda transportasi ke bandara,” ujarnya.
Bandara tidak hanya menghadapi tantangan besar, namun juga peluang. Mempersiapkan masa depan memerlukan kreativitas, komitmen, dan biaya besar.
Namun, perubahan ini juga dapat memberikan peningkatan layanan pelanggan, peluang bisnis, dan masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Pelatihan tenaga kerja
Selain peningkatan infrastruktur, memberi pelatihan kepada para tenaga kerja merupakan faktor penting kemajuan bandara.
Lebih dari 11,3 juta orang di industri penerbangan bekerja di bandara menjadi mekanik, petugas bagasi, staff pengontrol udara, dan sebagainya.
Oleh karena itu, bandara harus melakukan pengembangan kemampuan tenaga kerja untuk mengelola sistem berteknologi tinggi.
Dalam beberapa dekade mendatang, bandara akan membutuhkan tenaga kerja multi-keterampilan, yaitu keterampilan teknik, digital, dan keamanan siber.
Bandara masa depan kekurangan pilot
Bukan hanya itu, salah satu tantangan terbesar dari dunia penerbangan adalah kekurangan pilot.
Tren ini semakin memburuk selama pandemi dan berdampak langsung pada penerbangan.
Laporan Oliver Wayman Forum memperkirakan butuh 60.000 pilot tambahan secara global pada tahun 2032.
Baca juga: Headband Ultrasonik AI Buat Mimpi Jadi Indah
AI dan teknologi lainnya memang dapat membantu mengatasi beberapa tantangan dari pekerjaan rutin, namun peningkatan keterampilan dan retensi menjadi kuncinya.
Changi Airport telah berhasil mengatasi beberapa tantangan ini dan menjadi salah satu lapangan kerja yang paling menarik.
Pasalnya, Changi Airport menyediakan kemajuan karir, pekerjaan yang menarik, dan teknologi yang inovatif.