GEO Membuat “Mesin Pembajak” Lebih Mudah Mengutip Konten

Data konten dari website yang menggunakan strategi GEO mungkin mudah ditangkap oleh sang mesin pembajak “berdalih” chatbot AI.

Munculnya istilah generative engine optimization (GEO) membuat sebuah tanda tanya besar, apakah chatbot AI memang dirancang hanya sebagai mesin pembajak, atau mesin yang mempermudah pencarian dari pengguna?

Baru-baru ini, New York Magazine membuat sebuah artikel yang berjudul “SEO is Dead. Say Hello to GEO,” yang terbit pada 3 Agustus 2025.

Sesuai dengan judulnya, artikel tersebut membedah isu yang sedang menjadi tren global, yaitu GEO vs SEO.

Beberapa kalangan bisa saja tidak setuju dengan kehadiran GEO karena menimbulkan konflik kepentingan antara mereka.

Baca juga: GEO di Chatbot AI “Membunuh” SEO di Mesin Pencari?

Bukan hanya faktor “strategi SEO yang sudah dianggap konvensional,” namun juga mengacu kepada kekhawatiran yang lebih besar, salah satunya adalah kehilangan pekerjaan.

Walaupun sekarang ini traffic di chatbot AI belum mampu menyaingi Google, tetapi tren sudah mengarah kepada sesuatu yang baru, yakni GEO.

Masih mengutip New York Magazine, Chatbot AI yang berkembang pesat telah melahap seluruh website dan dapat menampilkannya sesuai permintaan pengguna.

Bahkan mereka dapat menampilkan kutipan dari beberapa website secara bersamaan, tanpa harus mengunjunginya satu per satu.

Baca juga: One Piece Akan Menggunakan AI untuk Membuat Animasi?

CEO Profound, James Cadwallader, mengungkapkan bahwa chatbot AI adalah mesin pembajak atau pencuri.

ChatGPT mengunjungi atas nama saya, halaman web baru dibuat, (menampilkan) ini kutipannya, ini asalnya, dan tidak ada yang peduli. Mesin penjawab membajak, atau mencuri hubungan tersebut,” ujarnya.

Ia melanjutkan, bahwa tren yang ada sekarang sedang berada di titik balik, di mana orang tidak perlu mengunjungi situs website. Cukup bertanya kepada chatbot.

GEO berada di “posisi nol” mengalahkan iklan

Tim Worstell, Head of Digital Strategic di Adogy, juga berpendapat bahwa tren mungkin akan berubah, khususnya dalam strategi monetisasi melalui iklan atau klik.

“Saya menemukan bahwa dalam hal AI, listicles berhasil di situs-situs niche,” jelasnya kepada New York Magazine.

Konsep disitasi ini akan menghasilkan teks yang mudah diiris atau diringkas untuk dimasukkan dalam percakapan multi-bagian.

Oleh karena itu, iklan yang biasanya menempati posisi-posisi teratas di mesin pencari seperti Google, akan tersaingi oleh GEO.

Baca juga: Sistem Satelit Ini Bisa Memantau Seluruh Device di Dunia

“GEO dapat meningkatkan peluang Anda untuk muncul di “posisi nol” yaitu dalam cuplikan pencarian atau Ikhtisar AI, yang sekarang muncul di bagian paling atas Google, di atas tautan, dan bahkan (di atas) iklan,” kata Worstell.

Berdasarkan semua pendapat yang ada, “kekuatan baru” di industri pencarian bernama GEO sebentar lagi mungkin bukan hanya sebuah hipotesa.

Kemudian, GEO sangat berpeluang menjadi strategi masif, dan membuat lalu lintas serta persaingan di chatbot lebih ketat, layaknya persaingan SEO.

Bisa jadi, website yang ditulis untuk menarik perhatian mesin pencari, akan segera menjadi website yang menarik perhatian “mesin pembajak” untuk menampilkan berbagai kutipan berdasarkan pertanyaan penggunanya.


Diterbitkan

dalam

oleh