Manusia dan AI perlu berkolaborasi demi meningkatkan peluang perusahaan di Indonesia mampu bersaing pada tingkat global.

Microsoft merilis laporan berjudul “2025: The Year the Frontier Firm is Born” yang membahas tentang pentingnya kolaborasi antara manusia dan AI bagi perusahaan di masa depan.
Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu mengadakan survei terhadap 31 ribu orang di 31 negara, termasuk Indonesia.
Tujuannya adalah untuk menganalisa evolusi perusahaan, dari struktur hierarki yang tradisional menjadi ekosistem yang lebih leluasa dan dibantu AI.
Baca juga: Penggunaan AI di Indonesia Harus Dilengkapi dengan Literasi
Laporan tersebut menyatakan, perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi Frontier Firm.
Sebagai informasi, Frontier Firm adalah istilah yang merujuk kepada gambaran perusahaan di masa depan, yang sudah beroperasi dengan alur kerja cerdas.
Artinya, kolaborasi antara manusia dan AI menjadi bagian penting di dalam operasional perusahaan agar mampu bersaing di tingkat global.
Tiga fase utama menjadi Frontier Firm ala Microsoft
Microsoft menjelaskan dalam laporannya, proses menjadi sebuah Frontier Firm berlangsung dalam tiga fase utama.
1. AI berperan sebagai asisten yang membantu mengerjakan pekerjaan repetitif dan meningkatkan efisiensi kerja.
2. Agen AI tersebut mulai mengambil peran yang lebih spesifik sebagai rekan kerja digital untuk mendukung aktivitas seperti riset atau perencanaan proyek.
3. Agen AI mulai mengelola alur kerja secara mandiri, sementara manusia berfokus pada strategi dan turun tangan hanya jika diperlukan.
Apabila sudah berhasil melewati 3 fase di atas, Microsoft menilai perusahaan di Indonesia memiliki peluang unik untuk meningkatkan produktivitas.
Baca juga: Volume Mesin Pencari Turun 25% di 2026 Akibat Chatbot AI
Selain itu, dengan mengadopsi model Frontier Firm, perusahaan berpotensi mempercepat inovasi di berbagai sektor.
Misalnya di sektor layanan keuangan, layanan publik, serta usaha kecil dan menengah (UMKM).
Kesenjangan pemimpin perusahaan dan karyawan dalam memahami AI
Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, mengatakan, bahwa AI adalah teknologi yang menjanjikan perubahan pada cara karyawan bekerja.
Untuk itu, karyawan dan AI harus bekerja sama demi memberikan dampak yang nyata bagi perusahaan.
Namun, berkaca dari survei Microsoft, ada kesenjangan antara pemimpin perusahaan dan karyawan dalam memahami AI.
Baca juga: Indonesia Akan Punya Bandar Antariksa di 2040?
Sekitar 87% pemimpin perusahaan sudah memahami konsep agen AI, tetapi hanya 56% karyawan yang memiliki tingkat pemahaman yang sama.
Kesenjangan ini seakan menjadi batu sandungan bagi perusahaan untuk mengadopsi teknologi digital berbasis AI.
“Di Indonesia, kesenjangan pemahaman terhadap AI antara pemimpin dan karyawan bukan sekadar angka, ini adalah panggilan bagi kita untuk bertindak,” ujar Dharma.
Maka dari itu, perusahaan perlu menentukan keseimbangan antara manusia dan AI (human-agent ratio).
Kemudian, dibutuhkan investasi lebih kepada Sumber Daya Manusia (SDM), salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami AI secara efektif.
“Dengan mengatasi kesenjangan ini, kita tidak hanya sekadar mengadopsi teknologi, tetapi juga membuka seluruh potensi yang dimiliki tenaga kerja kita,” ungkap Dharma.