Anak-anak di Era AI Butuh Sistem Pendidikan Baru

Orang tua harus berperan aktif untuk mengawasi anak-anak di era AI demi membangun masa depan mereka ke arah yang lebih baik.

Sebuah penelitian yang memantau media sosial Discord mengungkapkan adanya diskusi bunuh diri yang dilakukan oleh sekitar 5.000 anak secara aktif di era AI.

Hal ini diungkapkan oleh seorang analis teknologi asal Amerika Serikat (AS), Rob Enderle, melansir Tech News World.

Platform seperti Discord memang dirancang untuk komunitas, yang sekaligus menjadi ruang diskusi sosial.

Tetapi, platform ini bisa menjadi bumerang jika anak-anak dibiarkan menggunakannya tanpa pengawasan yang ketat dari keluarga, khususnya orang tua.

Baca juga: Kolaborasi Manusia dan AI Jadi Citra Perusahaan Masa Depan

Walaupun sebagian besar platform media sosial sudah memiliki fitur keamanan, orang tua tetap harus berperan aktif membimbing anak-anak mereka saat berdiskusi di dunia digital.

Orang tua di era AI harus berhadapan dengan dunia digital anonim tanpa batas yang beroperasi 24 jam.

“Kita membiarkan anak-anak kita dibesarkan oleh algoritma dan teman sebaya anonim di lingkungan yang tidak kita pahami dan kendalikan,” tulis Enderle di Tech News World.

Maka dari itu, demi menghindari resiko yang tidak diinginkan, orang tua harus terlibat dalam kehidupan daring anak-anak mereka, menetapkan batasan yang tegas, dan mendorong komunikasi terbuka dengan anak-anak tentang bahaya yang akan mereka hadapi secara daring.

Semua ini wajib dilakukan secepatnya demi mempersiapkan masa depan anak-anak yang kemungkinan besar didominasi oleh AI.

Perubahan sistem pendidikan

Selain pengawasan orang tua, Enderle menilai perlu adanya perubahan sistem pendidikan yang revolusioner.

Menurutnya, saat ini sistem pendidikan masih beroperasi dengan model sekolah era industri, di mana kurikulum hanya fokus pada hafalan dan ujian standar.

Baca juga: Fitur Parental Controls ChatGPT Rilis Bulan Depan

Padahal, AI sudah dapat melakukan keterampilan yang lebih luas daripada yang diberikan oleh sistem pendidikan saat ini.

“Kita mengajarkan siswa apa yang harus dipikirkan, tetapi bukan bagaimana cara berpikir,” jelas Enderle.

Ia berpendapat, sistem pendidikan harusnya mempersiapkan anak-anak untuk dunia karir yang linear dan dapat diprediksi.

Pasalnya, realitas yang akan mereka hadapi adalah perubahan dan disrupsi yang konstan.

Untuk itu, orang tua dan sekolah harus bekerja sama untuk mempersiapkan anak-anak menghadapi masa depan.

Butuh penerapan teknologi dan pengetahuan baru

Era AI memang tidak dapat dihindari dan sudah terlihat jelas sekarang ini. Oleh karena itu, orang tua dan sekolah wajib mempersenjatai anak-anak dengan pengetahuan baru.

Termasuk membekali anak-anak dengan cara berpikir kritis dan pemecahan masalah yang kompleks.

Jadi, anak-anak tidak hanya menggunakan AI untuk mendapatkan jawaban, namun juga memanfaatkannya untuk menyempurnakan pemikiran mereka.

Baca juga: Veo 3 Gratis 1 Tahun bagi Pelajar di Indonesia

“Kita perlu mengajari mereka cara mengajukan pertanyaan yang tepat dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber. AI dapat menjadi alat yang ampuh dalam proses ini,” kata Enderle.

Kemudian, anak-anak perlu diajarkan cara memupuk kreativitas dan kecerdasan emosional. 

Keterampilan ini berguna untuk membangun empati, kolaborasi, dan inovasi yang memungkinkan manusia bekerja sama dengan AI untuk menciptakan nilai baru.

Selanjutnya, perkenalkan AI sebagai teknologi yang menjembatani kesenjangan antara ruang kelas dan dunia nyata.

“Bayangkan siswa menavigasi negosiasi bisnis yang kompleks, mengelola respons terhadap simulasi krisis iklim, atau berkolaborasi untuk memecahkan dilema etika di tempat kerja virtual,” ujar Enderle.

Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya membangun pengetahuan, tetapi juga kebijaksanaan praktis dan ketahanan.

Enderle berharap, dengan metode-metode tersebut anak-anak sanggup menghadapi tekanan dan ambiguitas karir di masa depan.

“Mencapai tujuan tersebut membutuhkan penerapan teknologi pembelajaran baru yang dipersonalisasi dan menciptakan sistem yang mendukung individu di sepanjang karier mereka,” ungkapnya.


Diterbitkan

dalam

oleh